liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Setelah Arief Muhammad, Giliran YouTube Raditya Dika Diretas

Channel atau saluran YouTube Raditya Dika telah diretas. Pekan lalu, YouTuber Arief Muhammad mengalami hal yang sama.

Raditya Dika langsung menyampaikan dugaan peretasan tersebut melalui Instagram Story. “Sepertinya giliran YouTube saya yang diretas,” ujarnya

“Kami sedang dalam proses pemulihan untuk memulihkan akun YouTube. Abaikan apa yang ada di saluran saya,” tambahnya.

Katadata.co.id mencoba membuka akun YouTube Raditya Dika pada pukul 13.05 WIB. Tetapi tidak dapat diakses dan dikatakan ‘halaman ini tidak tersedia. Maaf soal itu’.

Nama dan profil akun Raditya Dika dikabarkan telah diubah. Plus, Elon Musk ditayangkan langsung di Twitter dan Bitcoin.

“Kok tiba-tiba subscribe channel ini? #Tesla #ElonMusk Berbahaya kalau YouTube bisa otomatis subscribe channel yang kita tidak tahu,” kata @mfthv25 yang tidak tahu akun YouTube Raditya Dika diretas.

Padahal @cloud_smile tahu itu. “Kenapa hacker pakai nama Elon ya?” dia berkata.

Pekan lalu, akun YouTube Arief Muhammad diretas. “Akun YouTube @ariefmuhammad diretas,” tulis Arief Muhammad melalui Instagram story pekan lalu (22/12). “Untuk saat ini, tolong abaikan video yang diunggah di sana.”

Sebelumnya, Ketua CISSReC atau Pusat Kajian Keamanan Sistem Informasi dan Komunikasi Pratama Persadha mengatakan, peretasan antar akun media sosial berpotensi terjadi tahun depan. Bisa juga meretas situs web dan aplikasi milik pemerintah masing-masing.

“Berbagai kebocoran data masih akan banyak terjadi dan lebih parah lagi jika hal itu juga terjadi karena persaingan politik, baik di dalam institusi maupun di atasnya,” ujar Pratama dalam keterangan pers, Rabu (28/12).

Kebocoran data, kata dia, bisa terjadi karena tiga faktor, yakni:

Serangan dunia maya atau peretasan Kesalahan sistem Faktor manusia, terutama operator