Bos induk Facebook Meta dan induk Google Alphabet mengancam akan memberhentikan karyawan berkinerja rendah. Sekarang giliran pendiri raksasa teknologi China, JD.Com dan Tencent.
Pendiri dan Kepala Eksekutif Tencent Holdings Ma Huateng atau Pony Ma mengadakan pertemuan balai kota tiga minggu lalu. Dia mengatakan perseroan akan fokus pada bisnis inti tahun ini.
“Video pendek adalah kunci masa depan,” ujar Pony Ma dalam pidatonya yang dikutip media China Jiemian, dilansir SCMP, akhir bulan lalu (23/12/2022).
Pony Ma juga meninjau PHK. “Dulu, ketika kami melihat orang lain menambah jumlah karyawan, kami juga menambah ukurannya. Tapi yang kami tambahkan adalah ‘gemuk’ dan kami masih tidak bisa mengalahkan yang lain,” kata Ma.
Ma Huateng (www.lifestyleasia.com)
Seorang karyawan Tencent, yang menolak disebutkan namanya, membenarkan pernyataan Ma.
Taipan teknologi China berusia 51 tahun itu memperingatkan karyawannya bahwa lini bisnis apa pun dapat ditutup jika kinerjanya buruk, termasuk unit portal berita yang sudah lama berdiri.
“Jika mereka (bisnis berita online) tidak dapat bertahan dan masih memiliki banyak masalah, maka waktu mereka terbatas,” kata Ma. “Jika tidak masuk akal untuk melanjutkan, seluruh operasi mungkin akan berhenti.”
Bahkan, Tencent telah memangkas 7.377 karyawan pada kuartal pertama 2022.
JD.Com Mengancam Shutdown dan Dikabarkan Menjatuhkan JD.ID
Pendiri JD.com, Richard Liu Qiangdong dilaporkan mengancam akan memecat karyawan dan eksekutif yang berkinerja buruk, karena pertumbuhan bisnis yang lambat. Raksasa e-commerce asal Tiongkok ini juga dikabarkan akan melepas bisnisnya di Indonesia, yakni JD.ID.
Dalam dua pertemuan virtual pada November dan Desember 2022, Liu mengkritik para eksekutif perusahaan.
Pendapatan JD.com naik 11% di kuartal ketiga. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari Alibaba Group Holding sebesar 3%, meski lebih rendah dari Pinduoduo sebesar 65%.
Harga saham JD.com yang diperdagangkan di Nasdaq turun 12% tahun ini. Sedangkan Pinduoduo naik lebih dari 51%.
Huxiu Media melaporkan bahwa Liu sangat tidak senang dengan strategi penetapan harga perusahaan.
“Kita perlu kembali ke akal sehat, lima elemen bisnis: produk, harga, layanan, biaya, dan efisiensi,” kata Liu kepada para eksekutif dalam pertemuan manajemen kuartal keempat, menurut laporan Huxiu yang dikutip dari SCMP, pekan lalu (29). . /12/2022 ).
Tanpa menyebut nama spesifik, “Liu menggambarkan beberapa orang sebagai ‘pembohong’,” kata seorang sumber yang memberi pengarahan pada pertemuan itu.
Seorang karyawan JD.com yang menghadiri pertemuan pada bulan Desember mengatakan Liu berbicara tentang perubahan manajemen senior. “Liu mengatakan hanya satu setengah wakil presiden di unit bisnis ritel yang jujur,” katanya yang menolak disebutkan namanya.
“Unit ini memiliki sekitar 40 wakil presiden. Jadi bisa dibayangkan tekanan pada mereka,” tambahnya.
Facebook dan Google Pertama Mengancam Karyawan
Facebook dan Google mendorong karyawan untuk meningkatkan produktivitas di tengah ancaman resesi di Amerika Serikat (AS) sejak pertengahan tahun lalu. Kedua raksasa teknologi itu juga mengangkat isu PHK.
Google meluncurkan upaya baru yang disebut ‘Simplicity Sprint’ atau Google Research and Development (GRAD). Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan meningkatkan fokus karyawan.
CEO Google dan perusahaan induk Alphabet Sundar Pichai telah dibanjiri pertanyaan karyawan tentang pemutusan hubungan kerja alias PHK. Raksasa teknologi itu dikabarkan akan merumahkan 10.000 pekerjanya tahun depan.
“Semakin banyak karyawan Google yang berisiko masuk dalam daftar berkinerja rendah tahun depan,” menurut komunikasi internal Google yang dikutip CNBC International, pekan lalu (23/12/2022).
Selama pertemuan dua minggu lalu, para eksekutif Google menjabarkan proses peninjauan kinerja karyawan secara lebih rinci.
Dengan diberlakukannya kebijakan kinerja GRAD yang baru, perusahaan memperkirakan bahwa 6% dari karyawan tetapnya termasuk dalam kategori peringkat rendah. Mereka juga berisiko tinggi terhadap tindakan korektif, termasuk pemutusan hubungan kerja.
Sedangkan induk Facebook, Meta, merumahkan 11.000 pekerjanya pada akhir tahun lalu.