Sejarah Sarinah merupakan pusat perbelanjaan tertua di ibukota Jakarta. Pusat perbelanjaan ini terletak di Jalan MH Thamrin No. 11, Jakarta Pusat. Sarinah juga pernah menjadi pusat perbelanjaan paling populer bagi warga Jakarta.
Dilansir dari situs resmi sarinah.co.id, Sarinah didirikan pada 17 Agustus 1962 dengan nama PT Department Store Indonesia.
Gedung Sarinah dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan resmi beroperasi pada 15 Agustus 1966. Setelah beroperasi pertama kali, PT Department Store Indonesia kemudian dikenal dengan nama Sarinah.
Kepemilikan Sarinah 100% dimiliki oleh pemerintah Indonesia, dengan modal dasar Rp 100 miliar. Sedangkan modal ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp 46,85 miliar.
Biaya pembangunan berasal dari pampasan perang atau ganti rugi dari pemerintah Jepang akibat pendudukannya di Indonesia setelah kalah dalam Perang Dunia II dari sekutu.
Pusat Perbelanjaan Modern Pertama di Indonesia
Gedung Sarinah memiliki tinggi 74 meter dan terdiri dari 15 lantai, menjadikannya gedung pencakar langit pertama di Indonesia.
Sebagai pusat perbelanjaan modern pertama yang memiliki teknologi eskalator, Sarinah dengan cepat menjadi ikon belanja di Jakarta. PT Department Store Indonesia kemudian resmi berganti nama menjadi PT Sarinah (Persero) pada 10 April 1978.
Pusat perbelanjaan Sarinah bisa disebut sebagai pionir bisnis retail modern di Indonesia. Bahkan pembangunan Sarinah sebagai pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, diprakarsai oleh Presiden Soekarno atau Bung Karno sendiri.
Bung Karno memulai pengembangan Sarinah sebagai pusat perbelanjaan modern dengan tujuan mewadahi penjualan berbagai produk dalam negeri, khususnya produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pusat perbelanjaan Sarinah juga memiliki tujuan khusus yaitu untuk mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia saat itu.
Sarinah mengemban amanah bahwa pusat perbelanjaan tertua di Jakarta ini harus menjadi pusat perdagangan dan promosi produk dalam negeri khususnya hasil pertanian dan industri bagi masyarakat.
Berusia lebih dari lima dekade, Sarinah mengembangkan usahanya dengan mendirikan beberapa anak perusahaan.
Peran aktif Sarinah sebagai mitra mendekati perajin tradisional di pelosok, koperasi di berbagai desa dan kota, hingga perancang busana ternama di ibu kota.
Di sisi lain, kegiatan perdagangannya mencakup kegiatan ekspor dan impor berbagai komoditas dan furnitur. Produk ini melengkapi etalase beberapa cabang Sarinah di Jakarta, Semarang, dan Malang.
Pusat Perbelanjaan Sarinah mengalami kebakaran hebat pada 13 November 1984. Kebakaran tersebut menyebabkan 44 petugas pemadam kebakaran harus diberangkatkan ke lokasi. Sebanyak 42 unit dari Pemkab DKI Jakarta, dan dua unit dari Pertamina dikerahkan untuk memadamkan api yang terus melalap bangunan tersebut.
Dalam sejarah Indonesia, api Sarinah merupakan kebakaran bertingkat pertama dalam sejarah. Kini, Sarinah memiliki tampilan baru dengan tampilan bangunan yang lebih cantik di samping desain yang mewah serta beragam produk dan tenant yang menarik.
Fakta Unik Sarinah
Gedung pusat perbelanjaan pertama di Indonesia ini menjadi tempat pameran ratusan UMKM atau produk lokal kebanggaan Indonesia. Interior gedung baru Sarinah tetap mempertahankan suasana bersejarah.
Sebagai pusat perbelanjaan legendaris terbesar di Jakarta, Sarinah pun kembali hadir sebagai Community Shopping Center dengan berbagai fasilitas umum yang dapat dinikmati pengunjung.
Nama Sarinah, pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia, diambil dari nama salah satu wali masa kecil Presiden Soekarno. Kesan mendalam akan kehebatan jiwa sang pengasuh mengilhami penyematan nama tersebut.
Sarinah, perempuan desa yang bertetangga dengan Soekarno kecil ketika keluarganya pindah ke Mojokerto.
Saat itu Soekarno baru berusia enam tahun, dimana keluarganya masih dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Dia tinggal di daerah miskin, lingkungannya sama.
Kehidupan keluarga Soekarno dulu begitu sulit, ketika tetangganya masih bisa menyisihkan uangnya untuk membeli jajan, Soekarno tidak bisa.
Hanya ibunya dan Sarinah yang bisa menghiburnya dari kemiskinannya saat itu. Bukti keberadaan Sarinah ada di sebuah makam di Tulungagung. Di atas makam terdapat batu nisan bertuliskan “B. Sarinah meninggal-28-12-1959”.
Sarinah begitu berpengaruh bagi Sukarno, hingga ia menulis buku tentang perjuangan perempuan di Indonesia dan mengukir nama Sarinah sebagai judul buku tersebut.