Pemilihan walikota Depok, Jawa Barat, pada 2024 dicermati menyusul tanda-tanda keikutsertaan Kaesang Pangarep. Kedatangan putra bungsu Presiden Joko Widodo ini akan memberikan tantangan baru bagi jagoan bertahan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di kota ini.
Kaesang telah menyampaikan rencananya untuk memperebutkan kursi Wali Kota Depok melalui baliho dan video. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memasang baliho bergambar pemuda kelahiran Surakarta, Jawa Tengah itu sedang memegang bunga mawar.
Baliho yang dipasang di Depok bertuliskan “PSI MENANG. WILAYAH KOTA KAESANG.” Menyusul spekulasi tentang pencalonannya karena papan reklame, Kaesang mengunggah pada 9 Juni 2023 sebuah video berdurasi kurang dari dua menit berjudul “KLARIFIKASI. SAYA BUKA SUARA” ke media sosial YouTube.
“Saya sudah mendapat izin dan restu dari keluarga,” kata Kaesang dalam video yang diunggah pada 9 Juni 2023. “Insya Allah sekarang saya siap hadir sebagai Depok pertama. Tolong dukung. Bebas.”
Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani berencana menawarkan Kaesang untuk bergabung di partainya. Hal ini juga sejalan dengan aturan Partai Banteng bahwa satu keluarga harus berada dalam satu partai.
Dukung Billboard untuk Kaesang jadi Wali Kota Depok. (Muhammad Zaenuddin|Katadata)
Juara bertahan UKM sejak 2005
Dalam empat pilkada, PDIP selalu gagal mengalahkan PKS di Depok. Pada 2005, PKS memenangkan pemilihan kepala daerah (pilkada) dengan mendukung mantan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nur Mahmudi Ismail.
Mantan anggota DPR itu mencalonkan diri melawan Yuyun Wirasaputra, mantan Plt Wali Kota Depok. Pasangan calon Nur Mahmudi-Yuyun memenangkan pemilihan dengan perolehan suara 43,9%.
Lawan terkuatnya saat itu adalah pasangan Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad dari Partai Golkar (Golkar). Mereka mendapat 38,9% suara.
Setelah itu, PKS berhasil mempertahankan Nur Mahmudi sebagai Wali Kota Depok pada pilkada tahun 2010. Ia diberi tambahan waktu lima tahun untuk menduduki jabatan tersebut.
Kali ini, Nur Mahmudi memilih pejabat nonpartai Mohammad Idris sebagai pasangannya. Keduanya memenangkan lebih dari 61% suara.
Partai Golkar kembali mengusung Badrul dan meraih 26,31% perolehan suara. Yuyun juga memperebutkan kursi nomor satu di Depok sebagai calon yang diusung Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Mantan wakil walikota memperoleh sekitar 22% suara.
Pada 2015, PDI-P kembali mencalonkan diri sebagai calon walikota Depok 2015. Parti Banteng mencalonkan pasangan Dimas Oky Nugroho dan Babai Suhaimi.
Namun, Koalisi Damai yang melibatkan PDIP, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Nasional Demokrat hanya mampu membantu Dimas dan Babai meraih 38% suara.
Di sisi lain, PKS mencalonkan Idris sebagai calon walikota dan politikus Partai Gerindra Pradi Supriatna sebagai calon wakilnya. Pasangan calon tersebut meraih 61,9% perolehan suara dengan dukungan Gabungan Pelangi. Koalisi ini terdiri dari PKS, Partai Gerindra, Partai Demokrat, dan Partai Bulan Sabit.
penghitungan suara Pilkada Depok. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.)
Oposisi dari Koalisi yang Dipimpin oleh Partai Gerindra
Pada 2020, PKS kembali mencalonkan Idris sebagai calon petahana dan berhasil memperpanjang masa jabatannya hingga 2024. Wakilnya adalah Imam Budi Hartono, petinggi partai yang mengusung child of the month. PKS membentuk Gabungan Adil Sejahtera bersama Partai Demokrat dan PPP untuk mendukung keduanya.
Pasangan lawan potensial itu adalah Pradi dan pengusaha Afifah Alia. Keduanya berjalan dengan dukungan sedikitnya tujuh partai yang tergabung dalam Gabungan Depok Bangkit. Koalisi yang dipimpin Partai Gerindra itu melibatkan PDIP, Partai Golkar, PAN, PKB, dan PSI.
Meski kalah, Pradi dan Afifah berhasil memperkecil perolehan suara Idris. Angka itu turun hampir enam poin menjadi 55,5% pada 2020 dibandingkan pemilu sebelumnya.