liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
Logo

Petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Demokrat berencana bertemu di tengah penentuan calon wakil presiden untuk pemilihan presiden 2024 alias Pilpres. Secara historis, kedua partai ini cenderung mengambil posisi yang berbeda.

Kedua sekretaris partai membahas persiapan pertemuan pada Minggu (11/6). Pengurus PDIP Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dikabarkan hadir mewakili masing-masing partai.

Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Hasya mengatakan pertemuan keduanya tidak akan mempengaruhi posisi masing-masing terkait afiliasi partai politik. “Kami sangat senang membicarakan rencana pertemuan antara Mbak Puan dan Mas AHY,” ujarnya seperti dilansir Antara.

Rencana pertemuan petinggi kedua partai itu dilakukan setelah pada 5 Juni 2023 Puan menyebut AHY merupakan salah satu calon wakil presiden yang sedang dipertimbangkan oleh PDIP.

Sebagai informasi, kedua partai telah memilih calon presiden masing-masing. PDIP mendatangkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Sedangkan Partai Demokrat merupakan bagian dari koalisi yang diusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Konsolidasi Kemenangan Pilpres PDIP (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/nym.)

Riwayat Posisi Lawan

Selama pemilihan presiden dalam dua dekade terakhir, PDIP dan Partai Demokrat cenderung berseberangan atau setidaknya tidak berada di kubu yang sama. Posisi berlawanan ini pertama kali terlihat saat pemilihan presiden 2004.

Meski pendatang baru, Partai Demokrat mengusung calonnya sendiri, yakni Ketua Umum dan Pendiri Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Untuk calon wakil presiden, partai memilih Jusuf Kalla. Keduanya adalah menteri yang menjabat dalam kabinet Megawati antara tahun 2001 dan 2004.

Pada saat yang sama, PDI-P mencalonkan Jenderal Megawati Soekarnoputir sebagai calon petahana. Putri Presiden 1 Soekarno itu dijodohkan dengan seorang pejabat Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Muzadi.

Setelah SBY dan Jusuf Kalla memenangkan pemilihan presiden 2004, PDIP mengambil posisi sebagai oposisi terhadap pemerintah. Posisi ini dipertahankan Partai Banteng selama 10 tahun pemerintahan SBY.

Peta politik pada Pilpres 2009 masih terbagi menjadi dua kutub besar yang berpusat pada Partai Demokrat dan PDIP. Dengan koalisi yang kuat, Partai Demokrat mengusung SBY sebagai calon petahana dan berhasil mempertahankannya sebagai Presiden untuk dua periode.

PDI-P kembali mencalonkan Megawati sebagai calon presiden. Pada tahun 2009, partai yang berbasis di Jakarta Pusat ini bermitra dengan Parti Gerakan Indonesia Raya yang baru. Mantan Letnan Jenderal Kopassus dan pendiri Partai Gerindra Prabowo Subianto mendampinginya sebagai calon wakil presiden.

Di antara dua kutub, Parti Golongan Karya (Golkar) dan Parti Hati Nurani Rakyat (Hanura) mencalonkan pasangan Jusuf Kalla dan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Wiranto untuk bersaing di pemilihan presiden 2009.

Pada tahun 2014, polarisasi tersebut diperkuat dengan pergeseran kutub ke PDIP dan Parti Gerindra. PDIP mengusung Gubernur DKI Jakarta saat itu Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden. Jusuf Kalla kembali ke pemilihan presiden sebagai calon wakil presiden mendampingi mantan Wali Kota Surakarta itu.

Partai Demokrat kemudian bergabung dengan koalisi yang dipimpin oleh Partai Gerindra. Meski bukan pembawa acara, partai ini mendukung calon Prabowo dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian saat itu, Hatta Rajasa.

Partai Demokrat mendaftarkan caleg ke KPU (ANTARA PHOTO/M Risyal Hidayat/nym.)

Oposisi Sejak Pemilihan Presiden 2014

Sejak PDIP menjadi partai yang berkuasa sejak 2014, Partai Demokrat cenderung mengambil posisi sebagai oposisi termasuk di DPR.

Pada Pilpres 2019, Partai Demokrat mempertahankan posisinya sebagai calon presiden dan wakil presiden dari Partai Gerindra yakni Prabowo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. PDIP kembali memenangkan pemilu ini dengan Jokowi sebagai presiden dan Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden.

Di DPR, Partai Demokrat kembali bergabung dengan kelompok penentang pemerintah dengan Partai Keadilan Sejahtera. Kedua partai membentuk oposisi yang relatif lemah karena hanya menguasai sekitar 18% dari total kursi.

Peta politik terguncang ketika wabah Covid-19 melanda Indonesia pada 2020. Menurut M. Prakoso Aji dari UPN Veteran Jakarta, krisis ini mendorong partai-partai oposisi, kecuali PKS, untuk bergabung dengan pemerintah.

“Nuansa darurat membuat konsensus politik untuk kepentingan penanganan Covid-19 menjadi lebih mudah. Sebab, dalam situasi pandemi, peran pemerintah bisa diperkuat dan sense of crisis dirasakan oleh pemerintah dan oposisi,” ujar Prakoso dalam jurnal berjudul Konstelasi Politik di Tengah Pandemi: Potensi Peningkatan Politik. Dukungan Partai untuk Pemerintah, diterbitkan pada tahun 2020.