Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako mengunjungi Indonesia pada Senin (19/6). Ini merupakan kunjungan luar negeri pertama mereka sejak diresmikan pada 2019. Kehadirannya menandakan kedekatan hubungan kedua negara setelah melalui masa berdarah di tahun 1940-an.
Lambang Kerajaan Jepang berangkat ke Indonesia sebagai bagian dari misinya untuk membangun hubungan dengan negara-negara di selatan atau Global South. Selain bertemu Presiden RI Joko Widodo, raja Negeri Sakura itu juga mengunjungi proyek infrastruktur yang dibangun atas kerja sama kedua negara.
Salah satunya, Kaisar Naruhito mengunjungi depo Metro Jakarta Terpadu (MRT) di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Minggu lalu.
“Kunjungan Yang Mulia Kaisar dan Yang Mulia Permaisuri ke Indonesia semakin mempererat jalinan silaturahmi antar rakyat kita,” kata Jokowi di Bogor, Jawa Barat, awal pekan ini.
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Kaisar Jepang Naruhito (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.)
Hubungan Darah Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Setelah hubungan ekonomi dan budaya selama bertahun-tahun, kekaisaran Jepang menginvasi Indonesia pada tahun 1942 sebagai bagian dari kampanye militernya di Asia Tenggara. Di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, Jepang menguasai wilayah kaya minyak itu.
Namun, pada saat yang sama, negara Asia Timur mengalahkan tentara Belanda yang kuat dan membebaskan rakyat Indonesia. Sebelumnya, Belanda menguasai Indonesia sejak tahun 1600-an.
Pendudukan Jepang menyebabkan penderitaan rakyat Indonesia akibat penyiksaan, perbudakan seksual, penangkapan dan eksekusi sewenang-wenang, dan kejahatan perang lainnya. Ribuan orang Indonesia dipaksa bekerja melalui sistem romusha untuk mendukung pangkalan militer Jepang selama perang di Asia Pasifik.
Pada tahun 1943, Jepang membentuk satuan paramiliter yang disebut Pembela Tanah Air (PETA). Meski didirikan untuk mendukung pendudukan Jepang, PETA akhirnya menjadi kekuatan penting dalam perjuangan kemerdekaan.
Menyusul kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, negara Asia Timur itu mengubah sikapnya dan melonggarkan persiapan kemerdekaan Indonesia pada 1944. Pada April 1945, komandan militer Jepang Kumakichi Harada mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). .
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Kaisar Jepang Naruhito (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.)
Kedekatan Hubungan Ekonomi Budaya Pasca Kemerdekaan
Kedua negara resmi menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1958. Momen ini terjadi setelah lebih dari 10 tahun Indonesia merdeka.
Hubungan ekonomi kedua negara dimulai pada tahun 1970-an, setelah Indonesia membuka keran investasi asing (FDI) pada akhir tahun 1960-an. Pabrikan Jepang seperti di industri otomotif dan elektronik mulai bermunculan di Indonesia.
Ikatan ekonomi yang erat antara kedua negara tercermin dalam mobil keluarga Kijang dari raksasa otomotif Jepang Toyota. Melalui anak perusahaannya di Indonesia, Toyota memperkenalkan mobil ini melalui Pameran Jakarta (PRJ) pada tahun 1977.
Sejak kerja sama melalui manufaktur, Indonesia dan Jepang telah menjadi mitra dagang utama satu sama lain. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Jepang merupakan pasar ekspor terbesar ketiga dan sumber impor terbesar kedua bagi Indonesia pada Mei 2023 untuk perdagangan selain minyak dan gas (migas).
Kecenderungan yang sama juga terlihat pada realisasi investasi asing langsung. Menurut Kementerian Penanaman Modal, realisasi FDI dari Jepang terbesar keempat dengan nilai sekitar US$ 1 miliar pada periode Januari-Maret 2023.