Pemerintah Arab Saudi telah meminta maaf kepada pemerintah Indonesia setelah banyak jemaah haji yang mengalami kendala layanan. Situasi ini terjadi di Arafah, Muzdalifah, dan kota Mina. Ketiga lokasi ini sering disebut Armuzna.
Tak hanya Indonesia, jemaah haji dari berbagai negara juga menghadapi berbagai kendala di lokasi. Kurangnya tenda, tidak ada jatah makanan, dan bus pengantaran yang terlambat menjadi masalah utama.
Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas telah mengajukan protes terhadap perusahaan pengelola haji Motawif Pilgrims for Southeast Asian Countries alias Mashariq. Menteri yang juga biasa disapa Gus itu melanjutkan protesnya kepada Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Tawfig AlRabiah.
“Saya mengutip pernyataan Menteri Haji (dan Umrah) Arab Saudi: Saya merasakan sakit yang sama seperti Anda dan saya minta maaf atas kejadian yang tidak menyenangkan ini. Insya Allah ini terakhir kali terjadi,” kata Yaqut, Minggu (2/7).
Dari Senin hingga Selasa, pemerintah memulangkan jemaah haji dari Indonesia. Total untuk tahun ini mencapai 229 ribu orang.
Kedatangan Jamaah Haji di Surabaya (ANTARA FOTO/Umarul Faruq/tom.)
Mina: Dari Kisah Nabi Ibrahim Hingga Tragedi
Armuzna adalah tiga dari lima lokasi utama haji, yang merupakan ziarah tahunan umat Islam ke Mekkah, Arab Saudi. Ibadah yang merupakan salah satu rukun Islam merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu secara fisik dan finansial.
Ziarah melibatkan serangkaian tindakan ibadah, mulai dari mengelilingi Ka’bah di kota Mekah tujuh kali dan berjalan antara bukit Shofa dan Marwah di dekat Ka’bah tujuh kali.
Mina adalah tempat ibadah pada hari pertama haji atau 8 Zulhijjah. Peziarah menghabiskan waktu berdoa di siang, sore, sore dan malam di lembah yang terletak sekitar delapan kilometer dari Mekkah.
Mina memiliki nilai sejarah dalam Islam karena erat kaitannya dengan kisah Nabi Ibrahim. Tuhan dalam Islam, Allah, memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya Ismail di lembah seluas 20 kilometer persegi ini. Namun Nabi Ibrahim harus mengusir setan pengganggu itu dengan melemparkan batu ke arahnya.
Pada masa Nabi Muhammad, Mina adalah kota yang dihuni oleh orang-orang dari suku Quraisy. Peziarah akan tiba di Kota Tenda dengan unta. Selain kuda, unta termasuk hewan yang ditunggangi manusia.
Sebelum tahun 1990-an, jemaat secara mandiri membawa dan mendirikan tenda sendiri, kemudian menggulungnya setelah ibadah. Pemerintah baru Arab Saudi menyediakan tenda setelahnya untuk jutaan peziarah.
Pada hari ketiga dan keempat atau tanggal 10 dan 11 Zulhijah, jamaah akan kembali ke Mina setelah beribadah di Arafah dan Muzdalifah. Para jamaah memperingati kisah Nabi Ibrahim dengan melemparkan tujuh batu ke salah satu dari tiga pilar yang disebut Jamrat al-Aqabah.
Mina telah menjadi tempat beberapa tragedi mematikan. Pada tahun 1997, misalnya, terjadi kebakaran yang merenggut nyawa 340 jamaah. Selain kebakaran, dua tragedi besar di kota itu juga terjadi saat warga terinjak-injak hingga tewas. Tragedi ini menewaskan 1.426 orang pada tahun 1990 dan lebih dari 2 ribu orang pada tahun 2015.
Tragedi cenderung terjadi di Mina karena kepadatannya mencapai antara enam hingga tujuh orang per meter persegi. Tragedi berdarah juga terjadi pada tahun 1994, 1998, 2001, 2003, 2004, 2005 dan 2006. Semuanya memakan korban puluhan dan ratusan orang.
Jamaah bergerak ke Muzdalifah (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.)
Arafah: Mengingat Kisah Nabi Adam dan Hawa
Jamaah haji beribadah di Arafah dan Muzdalifah pada hari kedua atau tanggal 9 Zulhijjah. Di Arafah yang berjarak sekitar 20 kilometer tenggara Mekkah, para jamaah salat, mengingat dosa-dosanya, mensyukuri kebesaran Allah, dan mendengarkan nasehat. Rantai ibadah ini disebut wukuf.
Di Arafah, ada tugu peringatan bernama Jabal Rahmah. Monumen ini memperingati pertemuan antara Nabi Adam dan istrinya Hawa. Nabi Muhammad juga menyampaikan khotbah terakhirnya tentang bukti.
Usai menunaikan ibadah di Arafah, jamaah melanjutkan perjalanan ke Muzdalifah. Di daerah antara Arafah dan Mina ini, jamaah mengumpulkan batu untuk dilempar nanti saat beribadah di Mina yang disebut Rami al-Jamarat.