liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
Logo

Satu lagi mega proyek industri pariwisata Indonesia mulai direalisasikan. Program Pengembangan Kawasan Rempang KPBPB Batam, Wilayah Kepulauan Riau ditargetkan menyerap hingga 308.000 tenaga kerja dengan nilai investasi Rp 381 triliun hingga tahun 2080.

Mari mengenal lebih dekat program kawasan wisata Pulau Rempang dan rencana investasinya.

Setelah tertunda selama 18 tahun, Rabu (12/4/2023) kawasan Pulau Rempang akhirnya diresmikan sebagai kawasan industri. Pengembangan kawasan tersebut dilakukan oleh PT Makmur Elok Graha (MEG), anak usaha Artha Graha milik Tomy Winata.

PT MEG selaku pengelola pengembangan Pulau Rempang telah mengantongi Surat Keputusan (SK) Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPJL-PSWA) dan SK Pelepasan Hutan Produksi Tukar (HPK).

PT MEG kemudian resmi menamai proyek ini “Rempang Eco-City”. Pulau Rempang direncanakan menjadi kawasan wisata dan industri dengan konsep “Zona Hijau”. Kawasan ini dibangun dengan luas kurang lebih 165 km².

Kepala Kamar Dagang (BP) Batam Muhammad Rudi menjanjikan kawasan wisata Pulau Rempang akan memudahkan komunikasi antar pulau di sekitarnya. Pulau Rempang juga direncanakan untuk mempromosikan wisata alam lokal, seperti konservasi alam, taman burung, kawasan bersejarah, serta kawasan agrowisata terpadu.

“Saat ini SK IUPJL-PSWA dan SK Pelepasan HPK sudah kami batalkan,” kata Kepala BP Batam Rudi.

Rencana proyek ini akan merelokasi aset masyarakat dan pemerintah yang selama ini berada di Pulau Rempang ke Pulau Galang dengan luas lahan hingga 199 hektar.

“Saya kira itu langkah yang bagus, BP Batam sedang menyiapkan konsep pemukiman kembali untuk masyarakat. Dan kita bisa membicarakan hal-hal terkait koordinasi antar instansi untuk mempercepat proses pembangunan kawasan Rempang,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang mengapresiasi kawasan relokasi dan fasilitas penunjangnya bagi masyarakat Pulau Rempang.

Selain menjadi kawasan industri dan pariwisata, Airlangga juga menginginkan Pulau Batam menjadi pusat energi terbarukan yang memanfaatkan panas matahari.

“Proses pengolahan energi surya (solar) di Batam akan dimulai dari hulu ke hilir, sehingga energi tersebut bisa diekspor ke Singapura dan negara lain. Saya ingin Batam menjadi kawasan sumber energi terbarukan terbaik di Indonesia,” lanjutnya.

Target Investasi Besar

Investasi pengembangan Kawasan Rempang ditargetkan mencapai Rp381 triliun dan mampu menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 308.000 orang hingga tahun 2080. Kawasan Rempang dibangun untuk mendukung Kawasan Perdagangan Bebas Batam dan Pelabuhan Bebas di kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

Hingga saat ini, total investasi untuk pengembangan Kawasan Eco-City Batam Rempang mencapai Rp 43 triliun. Airlangga menginginkan target investasi awal Rp 50 triliun dipenuhi oleh PT MEG selaku pengembang.

“Dalam 2 tahun terakhir, 2022, kalau tidak salah investasinya Rp 18 triliun. Kemudian, investasi sebelumnya Rp 25 triliun,” ujarnya.

Airlangga mengatakan, pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau sebesar 5,09% dan Batam sebesar 6,84% merupakan alokasi awal untuk membangun Rempang Eco-City. Kini proses pembangunan tinggal menunggu keputusan presiden dan penyelesaian masalah teknis di lapangan.

Misalnya, perbedaan penggunaan tugas di masing-masing bidang pembangunan. Batam saat ini merupakan kawasan bebas bea, sedangkan Bintan tidak. Mobil yang akan melintasi Bintan menuju Batam harus membayar bea terlebih dahulu agar bisa lewat, setelah sampai di Batam bea akan dikembalikan.

“Itu masalah teknis bidang yang harus kita selesaikan, karena situasinya berubah dan integrasi ekonomi kawasan semakin diperlukan,” kata Airlangga.

Kawasan Rempang diharapkan dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan Asia Tenggara karena posisi Pulau Batam yang dekat dengan Singapura dan Malaysia.

“Hal ini juga didukung dengan implementasi kerjasama ekonomi kawasan IMT-GT untuk mendukung pengembangan Batam sebagai Green City,” ujar Airlangga.