Pendapatan Google induk Alphabet Inc meningkat 10% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi US$ 283 miliar atau sekitar Rp 4.415 triliun pada tahun lalu. Raksasa teknologi itu berfokus pada kecerdasan buatan (AI) di tengah persaingan dengan ChatGPT.
“Saya senang dengan lompatan berbasis AI yang akan kami buat,” kata CEO Alphabet dan CEO Google Sundar Pichai seperti dikutip dalam siaran pers, Kamis (2/2).
Detail kinerja induk Google pada kuartal keempat atau September – Desember 2022 adalah sebagai berikut:
Laba per saham (EPS): US$ 1,05 atau lebih rendah vs Q4 2021 US$ 1,53 Pendapatan: US$ 76 miliar atau naik 1% yoy Pendapatan iklan YouTube: US$ 7,9 miliar atau turun dari Q4 2021 US $8,6 miliar. Pendapatan Google Cloud: US$ 7,3 miliar lebih tinggi dari US$ 5,5 miliar pada kuartal keempat 2021 Kerugian: meningkat dari US$ 203 juta pada kuartal keempat 2021 menjadi US$ 669 juta Total keuntungan dari lalu lintas atau Traffic Acquisition Cost (TAC) : US$12,9 miliar atau lebih rendah dari Q4 2021 US$13,4 miliar Pendapatan iklan keseluruhan: US$59 miliar
“Kami memiliki pekerjaan signifikan yang sedang berlangsung untuk meningkatkan semua aspek struktur biaya,” kata Alphabet dan CFO Google Ruth Porat.
Pada Januari 2023, Google memberhentikan sekitar 12.000 pekerja. Perusahaan memperkirakan pesangon dan biaya terkait sebesar US$ 1,9 miliar – US$ 2,3 miliar.
Sebagian besar biaya ini akan dikeluarkan pada kuartal pertama tahun 2023.
Selain itu, perusahaan juga mengambil tindakan untuk mengoptimalkan ruang kantor global. Akibatnya, perusahaan mengharapkan biaya keluar terkait pengurangan ruang kantor menjadi sekitar US$500 juta pada kuartal pertama 2023.
“Kami mungkin dikenakan biaya tambahan di masa mendatang karena kami mengevaluasi lebih lanjut kebutuhan real estat kami,” kata Google.
Pada Januari 2023, Google menyelesaikan penilaian masa manfaat server dan peralatan jaringan, menjadikan periode tersebut enam tahun. Perusahaan juga mengharapkan untuk memotong biaya sekitar US$3,4 miliar untuk tahun fiskal penuh 2023.