Baru-baru ini, Pemerintah Kabupaten Natuna mencanangkan rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Rencana ini mendapat tanggapan positif dari pengusaha dan investor lokal.
Bupati Natuna Wan Siswandi menjelaskan, Kabupaten Natuna yang dikelilingi laut memiliki potensi sekaligus daya tarik ekonomi dari berbagai sektor. Salah satunya, sektor perikanan yang berpotensi menghasilkan keuntungan.
Jika rencana ini terealisasi, Indonesia akan memiliki 19 KEK. Saat ini, Indonesia memiliki 18 kawasan ekonomi khusus yang telah dibuat oleh pemerintah.
Pengembangan kawasan khusus ini bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia. Meski KEK baru resmi dideklarasikan pada 2009, namun penetapan kawasan khusus sudah dilakukan sejak era Orde Baru. Bagaimana sejarah perkembangan kawasan khusus di Indonesia? Simak ulasan singkat berikut ini.
Zona Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Sejarah pembentukan kawasan khusus dimulai pada tahun 1970, dengan terbentuknya Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KBPPB). Kawasan ini didefinisikan sebagai kawasan dalam wilayah Indonesia yang terpisah dari kawasan adat. Dengan status terpisah dari kawasan pabean, KPBPB bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), dan cukai.
Pembangunan KPBPB dirancang untuk mengembangkan beberapa sektor ekonomi, seperti perdagangan, jasa, dan manufaktur. Selain itu, pembentukan kawasan ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar internasional.
Pada tahun 1970, Pelabuhan Sabang dan Batam ditetapkan undang-undang sebagai KPBPB. Sedangkan pada tahun 2007, pulau Batam, Bintan dan Karimun ditetapkan sebagai zona perdagangan bebas.
Zona terikat
Kawasan Berikat dapat didefinisikan sebagai kawasan dengan batasan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean. Tujuannya, untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi barang ekspor.
Kawasan khusus ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1972, dengan fokus peningkatan ekspor melalui peningkatan daya saing karena efisiensi produksi. Pengusaha Kawasan Berikat diberikan fasilitas kepabeanan dan perpajakan berupa penangguhan bea masuk, pembebasan pajak, dan pembebasan pajak impor (PDRI). Selain itu fasilitas lain yang diberikan adalah pembebasan PPN, pembebasan PPnBM.
Fasilitas ini terutama diberikan untuk bahan baku, bahan tambahan dan barang modal yang digunakan untuk proses produksi lebih lanjut di daerah tersebut yang kemudian akan diekspor.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan terdapat 1.372 kawasan berikat di seluruh Indonesia. Namun, dari total kawasan terikat yang ditetapkan sebagai kawasan bebas terikat, hanya 119.
KWS. INDUSTRI
Dalam rangka mempercepat pertumbuhan industri, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor, serta untuk menunjang pembangunan, pemerintah pada tahun 1974 melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 5 telah memulai penetapan kawasan industri di Indonesia. .
Saat itu, kawasan industri dimiliki dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Kemudian diperbaharui melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 53 Tahun 1989, yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996.
Melalui Perpres ini, pemerintah membuka pintu bagi pihak swasta di dalam dan luar negeri untuk menjadi pengusaha di kawasan industri. Peran pemerintah pada periode ini lebih pada pengawasan dan pengendalian.
Mengutip laporan bertajuk “Special and Strategic Economic Zones in Indonesia” yang dikeluarkan Center for Strategic and International Studies (CSIS), upaya pengembangan kawasan ini terus dilakukan pemerintah. Melalui Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009, pemerintah berupaya untuk terus meningkatkan strategi industri dengan mewajibkan industri berlokasi di kawasan industri.
Sejak saat itu, strategi industri pemerintah Indonesia lebih terfokus pada pembangunan industri terpadu yang didukung oleh fasilitas infrastruktur terpadu di kawasan.
Hingga Januari 2022, terdapat 135 Kawasan Industri dengan total luas lahan 65.532 hektare (Ha) yang tersebar di pulau Jawa, Kalimantan, Maluku, Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Sumatera. Dari 135 kawasan industri, 46% atau 30.464 hektar ditempati oleh penyewa industri.
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
Kawasan khusus ini ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 89 Tahun 1996. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu atau KAPET didefinisikan sebagai kawasan geografis dengan batas-batas tertentu yang memenuhi tiga syarat, antara lain:
Memiliki potensi pertumbuhan yang cepat Memiliki sektor unggulan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitarnya Memiliki potensi pengembalian investasi yang besar.
KAPET adalah kawasan berdasarkan kawasan ekonomi yang merupakan pengembangan Kawasan Berikat dan Kawasan Industri yang dibentuk masing-masing pada tahun 1972 dan 1989.
Secara umum, tujuan didirikannya KAPET adalah untuk pemerataan ekonomi. Pemerataan ekonomi melalui KAPET dilakukan dengan cara meningkatkan daya saing produk unggulan suatu daerah melalui pemanfaatan sumber daya lokal.
Selain itu, KAPET juga dibentuk sebagai penggerak utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitar wilayah yang memiliki ketimpangan ekonomi tinggi.
Saat ini Indonesia memiliki 13 KAPET yang tersebar di beberapa wilayah. Satu di Nangroe Aceh Darussalam, empat di Kalimantan, empat di Sulawesi, dan masing-masing satu di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua.
Zona Ekonomi Khusus
Pembangunan KEK baru dimulai pada tahun 2009, melalui UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Menurut Undang-Undang ini, KEK didefinisikan sebagai kawasan dengan batas-batas tertentu dalam wilayah hukum Indonesia, yang ditetapkan untuk menjalankan fungsi ekonomi dan memperoleh fasilitas tertentu.
Mengutip www.kek.go.id, pemerintah menganggap pembentukan KEK penting bagi perekonomian nasional. Sebab, untuk mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi, investasi perlu ditingkatkan melalui penyediaan kawasan yang memiliki keunggulan ekonomi dan geostrategis. Kawasan ini ditetapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Dalam perkembangannya, agar keberadaan KEK dapat mengikuti dinamika ekonomi dan teknologi global, pemerintah melakukan transformasi pembangunan KEK. Transformasi yang dilakukan adalah dengan menekankan pada kecepatan penguasaan teknologi dan sumber daya manusia (SDM).
Pada awalnya, pemerintah merancang KEK sebagai kawasan yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan pemerataan pembangunan secara nasional. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, pemerintah juga mendorong pengembangan KEK yang mengkhususkan pada bidang tertentu.
Peruntukan kawasan ini harus memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis karena fungsi KEK akan menampung ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
Kegiatan Usaha dan Kriteria Penetapan KEK
Kawasan Ekonomi Khusus terdiri dari satu atau lebih kegiatan usaha, meliputi:
Produksi dan pengolahan Logistik dan distribusi Riset, ekonomi digital dan pengembangan teknologi Pengembangan energi pariwisata Pendidikan Kesehatan Olahraga Jasa keuangan Industri kreatif Pengembangan dan pengelolaan KEK Penyediaan infrastruktur KEK
Sedangkan untuk suatu lokasi/kawasan yang diusulkan menjadi KEK, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung. Pemerintah provinsi/wilayah/kota terkait mendukung KEK. Berada pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau jalur pelayaran internasional di Indonesia atau berada di wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang unggul. Memiliki batasan yang jelas.
Distribusi KEK di Indonesia
Seperti disebutkan, saat ini Indonesia memiliki 18 KEK yang tersebar di 15 wilayah. Dari jumlah tersebut, 12 KEK telah beroperasi. Sementara enam di antaranya masih dalam tahap pembangunan. Masing-masing KEK tersebut memiliki karakteristik kegiatan utama yang spesifik.
KEK di Indonesia yang telah beroperasi dan kegiatan utamanya adalah sebagai berikut:
1. KEK Sei Mangkei
Lokasi: Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara Operasional: Januari 2015 Kegiatan Utama: Industri Pengolahan Kelapa Sawit, Pengolahan Karet, Pariwisata dan Logistik
2. KEK Tanjung Lesung
Lokasi : Kabupaten Pandeglang, Banten Operasional : Februari 2015 Kegiatan Utama : Pariwisata
3. Palu KEK
Lokasi: Kota Palu, Sulawesi Tengah Operasional: September 2017 Kegiatan Utama: Industri Logam dan Logistik Dasar
4. KUE MANdalika
Lokasi: Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat Operasional: Oktober 2017 Kegiatan Utama: Pariwisata
5. KEK Arun Lhokseumawe
Lokasi: Aceh Utara dan Lhokseumawe, Aceh Operasional: Desember 2018 Kegiatan Utama: Industri energi, petrokimia & kimia lainnya, pengolahan kelapa sawit, pengolahan kayu dan logistik
6. Girder Batang KEK
Lokasi: Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau Beroperasi: Desember 2018 Kegiatan Utama: Industri pengolahan dan logistik bauksit
7. KEK Tanjung Kelayang
Lokasi: Kabupaten Belitung, Bangka Belitung Operasional: Maret 2019 Kegiatan Utama: Pariwisata
8. KEK Bitung
Lokasi: Kota Bitung, Sulawesi Utara Operasional: April 2019 Kegiatan Utama: Industri Pengolahan Kelapa, Pengolahan Perikanan dan Logistik
9. Kue Morotai
Lokasi: Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara Beroperasi: April 2019 Kegiatan Utama: Industri Pengolahan Perikanan, Logistik dan Pariwisata
10. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK)
Lokasi: Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur Operasional: April 2019 Kegiatan Utama: Industri Pengolahan Kelapa Sawit, Energi dan Logistik
11. KEK Sorong
Lokasi: Sorong, Papua Barat Operasional: Oktober 2019 Kegiatan Utama: Industri pengolahan nikel, pengolahan kelapa sawit, perkebunan hasil hutan dan sagu, dan logistik
12. KEK Kendal
Lokasi: Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Beroperasi: Mei 2021 Kegiatan Utama: Industri Tekstil dan Pakaian, Furnitur dan Peralatan Bermain, Makanan dan Minuman, Otomotif, Elektronik, dan Logistik
Sementara tujuh KEK yang masih dalam tahap pembangunan antara lain:
1. KEK Batam Aero Technic
Lokasi: Kota Batam, Kepulauan Riau Kegiatan utama: Industri perawatan, perbaikan dan overhaul (MRO) pesawat terbang
2. KEK Nongsa
Lokasi: Kota Batam, Kepulauan Riau Kegiatan utama: IT & Digital, dan pariwisata
3. KEK Singhasari
Lokasi: Kabupaten Malang, Jawa Timur Kegiatan Utama: Industri Pariwisata dan Pengembangan Teknologi
4. KEK Likupang
Lokasi: Kabupaten Minahasa Utara Kegiatan Utama: Industri Pariwisata
5. KUE LIDO
Lokasi: Bogor, Jawa Barat Kegiatan Utama: Industri Kreatif
6. KEK Gresik
Lokasi : Kabupaten Gresik, Jawa Timur Kegiatan Utama : Industri Logam, Elektronika, Kimia, Energi dan Logistik