liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Masyarakat Perlu Adaptasi dengan Teknologi AI, Ini Caranya

Pakar Teknologi Informasi Maplecode.id Ahmad Faizun mengimbau masyarakat untuk beradaptasi dengan perkembangan artificial intelligence (AI) yang berkembang pesat dan berpotensi mengancam beberapa pekerjaan.

Menurutnya, perubahan besar terjadi ketika teknologi AI memiliki kecerdasan untuk memahami, menyintesis, dan menyimpulkan informasi yang bertentangan dengan kecerdasan yang ditunjukkan oleh manusia dan hewan.

“Perubahan ini tidak bisa dihindari. Banyak pekerja yang khawatir karena khawatir posisinya akan tergantikan oleh teknologi dalam waktu lima tahun,” kata Faizun seperti dikutip Antara, Senin (15/5).

Oleh karena itu, masyarakat perlu beradaptasi dengan perkembangan AI karena kemampuan beradaptasi terhadap perubahan menjadi penting agar perkembangan teknologi tidak berdampak negatif bagi kehidupan manusia.

Salah satu upaya adaptasi dapat dilakukan melalui kursus dengan pendekatan saintifik agar karyawan lebih berdaya saing dan berdaya saing.

“Mengambil pendidikan dan kursus yang tepat akan membantu Anda mengatasi pergolakan yang akan terjadi ketika kita memasuki masyarakat yang semakin bergantung pada teknologi,” ungkapnya.

Dia memastikan bahwa keterampilan tambahan ini akan bermanfaat saat memasuki tempat kerja, karena pemberi kerja akan melihat karyawan sebagai aset atau sumber daya tambahan yang tidak dapat digantikan oleh pekerjaan teknologi.

Selain itu, Faizun juga mengingatkan perlunya penelitian tambahan untuk mengetahui pekerjaan mana yang kemungkinan besar akan diotomatisasi di masa mendatang, dan harapan dalam hal penguatan sumber daya manusia.

“Sekitar setengah dari semua bisnis telah mulai menggunakan beberapa bentuk AI ke dalam operasi mereka untuk mengotomatiskan proses, mengurangi biaya, dan mengurangi staf,” katanya.

Ia memproyeksikan profesi yang berpotensi tergerus oleh keberadaan teknologi AI atau robot di masa depan adalah pekerjaan dengan tugas rutin dan perintah berulang.

“Seperti penerjemah, paralegal, PNS di level birokrasi atau administrasi, pekerja pabrik untuk produk non-customized,” kata pakar keamanan siber ini.

Sedangkan profesi yang berpeluang untuk bertahan di tengah keberadaan AI di masa mendatang adalah pekerjaan yang memiliki banyak kreativitas atau proses perbaikan, seperti seniman, dokter, atau politikus.

Selain itu, pembuat kebijakan pemerintah, ilustrator, analis, dan pekerjaan yang bertindak di luar kebiasaan dan memiliki intuisi yang tidak dapat dilihat oleh AI juga dapat bertahan di masa mendatang.

Kemudian, ada juga profesi yang bisa beradaptasi dengan AI, antara lain Data Scientist, Machine Learning Specialist, Big Data and Analytics Specialist, dan profesi lainnya, seperti akuntan, auditor, dan spesialis keamanan informasi.

“Mengapa profesi ini bisa berjuang dan memenangkan masa depan? AI dapat berguna untuk pertumbuhan dan pengembangan karir karena mereka adalah pengadopsi awal dan pengguna kuat teknologi AI,” katanya.