Terpilihnya Sugianto Kusuma alias Aguan sebagai Presiden Direktur PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk menghidupkan kembali perbincangan mengenai Nine Naga Group. Pengusaha ini dikenal dekat dengan pendiri Artha Graha Group yang kerap disebut-sebut tergabung dalam grup tersebut, Tommy Winata.
Nama Aguan mulai dikenal pada tahun 1970-an karena terlibat penyelundupan barang elektronik dari kampung halamannya, Palembang, Sumatera Selatan. Dialah yang mengenalkan Tommy Winata dengan Yayasan Kartika Eka Paksi milik TNI Angkatan Darat.
Dari yayasan itulah Tommy menyelamatkan Bank Propelat yang semula dimiliki oleh Yayasan Siliwangi. Nama bank tersebut kemudian diubah menjadi Bank Artha Graha dan masih berdiri hingga saat ini.
“Senior saya Pak Aguan. Saya selalu berkonsultasi dengan dia untuk beberapa keputusan bisnis yang penting,” kata Tommy seperti dikutip Majalah TEMPO, edisi 30 Mei 1999.
Direktur Utama PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk Sugianto Kusuma alias Aguan (kiri) (Instagram @prabowo)
Siapakah Sembilan Naga itu?
Tidak ada literatur resmi yang mengkonfirmasi Kelompok Sembilan Naga. Namun, publik mengakui kelompok ini sebagai ‘penguasa’ pengusaha besar Indonesia. Istilah tersebut muncul pada masa Orde Baru, ketika pengusaha dan pemerintah menjalin hubungan yang saling menguntungkan.
Dalam buku investigasi TEMPO berjudul Mafia Bisnis Tommy Winata, Sembilan Naga juga dikenal sebagai Gang of Nine. Kelompok ini merujuk pada orang-orang yang memiliki bisnis gelap seperti perjudian, narkoba, dan penyelundupan. Untuk menjalankan usahanya mereka dikatakan memiliki cadangan agar tidak tersentuh keamanan.
Menurut Tempo, ada beberapa nama yang masuk dalam grup ini antara lain Haryadi Kumala, Iwan Tjahyadikarta, Arief Prihatna. Begitu juga Arie Sigit, Jhonny Kesuma, serta dua bersaudara Edi dan Tommy Winata. Nama lain yang juga masuk daftar adalah mantan Ketua Pemuda Pancasila yang pernah duduk di DPR, Yorrys Raweyai. Nama terakhir ini disebut sebagai Panglima Sembilan Naga.
kawasan SCBD, Jakarta. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nym.)
Namanya Media Internasional
Laporan majalah TEMPO lainnya berjudul Sembilan Nyawa Tujuh Naga menulis bahwa Yorrys bersahabat dengan kakak Haryadi Kumala. Bersama sang kakak, Cahyadi Kumala, mereka dikenal sebagai pebisnis nightlife Jakarta. Salah satu properti Kumala bersaudara adalah Diskotek Milenium di lantai lima Plaza Gajah Mada, Jakarta Pusat, yang kini ditutup.
Meski mengaku berteman, Yorrys menolak ide komplotan pengusaha tersebut. “Tidak ada yang seperti geng itu. Saya memang berteman dengan Cahyadi, Haryadi dan saudara-saudaranya,” kata Yorrys dalam laporan tersebut.
Senada dengan Yorrys, salah satu pengusaha yang diketahui tergabung dalam Sembilan Naga, Tommy Winata, juga membantah tudingan tersebut. Hal itu diungkapkannya dalam wawancara dengan TEMPO dan detikcom. “Saya baru dengar (nama Sembilan Naga) sekarang,” ujarnya pada 1999.
Pada 2011 surat kabar Australia, The Age, menulis artikel berjudul Yudhoyono’ Abused Power yang salah satunya menyeret nama bos Artha Graha. WikiLeaks membagikan informasi ini dengan The Age. Informasi itu bocor dari kabel diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Wikileaks mengatakan kepada The Age bahwa diplomat AS sering menyoroti dugaan hubungan antara presiden Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, dan pengusaha Indonesia, terutama Tommy Winata.
Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa Tommy diduga sebagai tokoh dan anggota sindikat judi terkenal bernama Gang of Nine atau Nine Dragons. Kabarnya, Tommy menggunakan pengusaha Muhammad Lutfi sebagai saluran dana SBY. Lutfi kemudian diangkat menjadi Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal alias BKPM.
Tak hanya Lutfi, The Age menuding Tommy berselingkuh dengan Ibu Negara Ani Yudhoyono. Setelah artikel Abused Power Yudhoyono, ada juga artikel mendalam berjudul Bambang Terima Kasih Puan. Tuduhan ini berdasarkan informasi dari petinggi Badan Intelijen Negara Yahya Asagaf.
“Pejabat senior BIN juga menyampaikan kepada Kedubes AS bahwa Tomy berusaha meningkatkan pengaruhnya dengan menggunakan ajudan presiden sebagai penyalur Ibu Negara Kristiani Herawati,” tulis The Age Daily edisi Jumat, 11 Maret 2011. Kristiani Herawati adalah dara Yudhoyono nama Ani.
Tommy menanggapi artikel tersebut dengan menanyakan dasar dan bukti dari informasi yang diperoleh The Age. Dia telah mengirim surat balasan ke media Australia dan ingin bertanya tentang Sembilan Naga yang tertulis di sana.
“Saya bingung dengan istilah Sembilan Naga,” katanya. “Saya akui berita itu tidak bisa dimintai pertanggungjawaban. Saya tidak pernah melakukan apa pun yang dituduhkan kepada saya.”
Istana memberikan kritik yang sama. Mereka dengan tegas membantah tudingan The Age bahwa SBY menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya. Pihak istana menyayangkan The Age tidak memverifikasi data sebelum menerbitkan berita tersebut.
“Bagi kami itu sampah, karena tidak ada nilai kebenarannya,” kata Staf Khusus Presiden Hubungan Internasional Teuku Faizasyah dikutip detikcom. “Karena kabel diplomatik itu hanya data mentah yang diambil dari pertemuan-pertemuan yang tidak jelas sumbernya. Informasinya juga mentah yang hanya gosip dan memutarbalikkan fakta.
Belakangan, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi menyatakan Ibu Negara Ani Yudhoyono menangis setelah membaca berita tersebut. “Perasaan Ibu Negara hancur karena berita itu sama sekali tidak benar. Sejauh ini kegiatannya transparan,” katanya, 11 Maret 2011.
Selain Tommy dan Yorrys, belum ada ‘Naga’ yang memberikan komentar dan konfirmasi terkait julukan Sembilan Naga tersebut. Memasuki era Reformasi, hanya usaha Tommy Winata yang bertahan hingga sekarang. Grup Artha Graha telah berekspansi ke sektor real estate, asuransi, dan elektronik.
Di bidang elektronik, Tommy memiliki PT Electronic City Indonesia Tbk. dengan kode saham ECII. Melalui PT Jakarta International Hotels and Development Tbk (JIHD), Tommy mengoperasikan Hotel Borobudur, Jakarta. Sedangkan JIHD memiliki anak usaha bernama Danayasa Arthatama yang mengembangkan kawasan elite Sudirman Central Business District alias SCBD.