Mesin pencari (browser) asal Rusia, Yandex, belakangan ini menjadi perbincangan terkait kasus pembunuhan seorang anak oleh dua remaja di Makassar. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) masih mempertimbangkan pemblokiran Yandex, setelah memblokir tiga situs yang menjual organ tubuh manusia.
Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Usman Kansong masih mempelajari dan mempelajari mesin pencari Yandex. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan Cominfo.
“Yandex menduduki peringkat pertama browser paling tidak aman menurut survei yang dilakukan oleh situs ExpressVPN,” ujar Usman kepada Katadata.co.id, Jumat (13/1).
Usman mengatakan, jika berdasarkan hasil investigasi mendalam Yandex tidak memenuhi kriteria berdasarkan ketentuan perundang-undangan, maka akan diblokir.
Tahun lalu, situs yang berfokus pada keamanan dan privasi, ExpressVPN, menempatkan Peramban Yandex sebagai peramban yang paling tidak aman di antara yang lainnya. ExpressVPN mengatakan Yandex Browser mengumpulkan data pengguna dan menyimpannya di server Rusia.
Sebuah studi yang dirilis oleh Trinity College Dublin pada awal tahun 2020 juga menempatkan Yandex sebagai browser dengan peringkat terendah dalam hal privasi. Agensi mengatakan Yandex memiliki masalah dengan berbagi data.
Yandex adalah mesin pencari yang paling banyak digunakan di Rusia. Selain mesin pencarinya, Yandex juga menawarkan layanan lain yang serupa dengan Google termasuk email, penyimpanan cloud, dan peta.
Polisi mengatakan kedua remaja itu membunuh bocah itu di Makassar, karena tergoda untuk membeli dan menjual organ tubuh senilai jutaan dolar Amerika Serikat (AS). Mereka mengaku mengetahui situs penjualan organ dari pencarian melalui Yandex.
Pakar Keamanan Teknologi Vaccine.com, Alfons Tanujaya mengatakan sebaliknya. Membatasi akses Yandex bukan berarti bisa mencegah kasus pembunuhan anak di Makassar.
“Yandex jelas merupakan situs yang dapat memberikan banyak informasi, dengan kontrol informasi yang lebih sedikit dibandingkan situs pencarian lainnya,” kata Alfons.
Alfons mengatakan bahwa tidak hanya melalui Yandex, informasi serupa yang tidak pantas dan berbahaya juga dapat diperoleh dengan mudah dari platform media sosial lainnya. Ia menyarankan agar pemerintah mengedukasi masyarakat dalam penggunaan teknologi internet.
Ketua Lembaga Riset Siber Communication & Information Systems Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha mengatakan, Yandex LLC merupakan perusahaan yang menaungi situs Yandex.com. “Situs tersebut dilaporkan sebagai mesin pencari otomatis terbesar di Rusia,” katanya.
Sebelumnya, situs web ini hanya dapat diakses oleh warga negara Rusia. Namun, dewan direksi Yandex LLC mengubah domain Yandex dari Yandex.ru menjadi Yandex.com agar dapat digunakan oleh masyarakat dunia.
Pratama menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan fungsionalitas yang signifikan antara Yandex dan Google atau mesin pencari lainnya. “Fungsi utamanya sebagai browser atau mesin pencari di dunia maya,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Yandex memiliki TOR yang berbeda dengan browser yang sering digunakan untuk mengakses website yang memiliki konten kriminal atau dikenal dengan dark web.
“Dibutuhkan lebih banyak informasi dari hasil penyelidikan polisi, apakah benar tersangka pembunuhan itu mengetahui dari Yandex atau orang lain,” ujarnya.