Generasi Z kelahiran 1997-2012 disebut hanya menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) seperti ChatGPT untuk mengerjakan pekerjaan rumah, dan tidak tertarik menggunakannya untuk membantu proses pembelajaran.
Pada Fortune’s Brainstorm Tech Conference pada Selasa (10/7) waktu AS, peserta konferensi yang juga lulusan Universitas Harvard pada tahun 2021 Nadya Okamoto menyatakan keraguan bahwa AI bermanfaat untuk pendidikan jangka panjang.
Menurutnya ChatGPT tidak bisa berbuat apa-apa selain memberikan jawaban pekerjaan rumah yang benar.
“Saya pengguna Chegg, tapi bukan karena saya peduli untuk belajar, tapi karena memberi saya jawaban atas sederet masalah,” ujar Nadya seperti dikutip dari Fortune, Jumat (14/7).
“Saya bertemu dengan banyak pelajar muda di luar sana yang belum tentu tertarik menggunakan ChatGPT untuk belajar. Mereka menggunakannya karena mempermudah pekerjaan rumah,” kata Nadya.
Chegg adalah perusahaan pendidikan yang menyediakan layanan berlangganan yang membantu siswa mengerjakan pekerjaan rumah dan belajar. Bisnis Chegg baru-baru ini terancam oleh ChatGPT OpenAI dan Bard Google, yang menyediakan layanan yang sama secara gratis.
Pada Mei 2023, harga saham Chegg anjlok 49% dalam waktu singkat, meski pendapatan kuartal pertama kuat.
CEO Boomer Chegg Dan Rosensweig mengatakan bisnisnya berisiko karena siswa yang menjadi basis pelanggannya menunjukkan minat pada AI seperti ChatGPT dan Bard.
Rosensweig menghadiri Brainstorm Technology Conference untuk mengumumkan, antara lain, bahwa perusahaan meluncurkan teknologi AI dalam bentuk asisten pembelajaran virtual Cheggmate.
“Kami akan dapat mengetahui dengan tepat apa yang Anda pelajari Selasa depan, dan menyajikannya kepada Anda dalam format yang paling halus,” kata Rosensweig tentang Cheggmate.