Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Solo, Jawa Tengah terbakar pada Sabtu (16/9). Titik kebakaran terjadi di Blok B, jauh dari area sapi-sapi yang dilepasliarkan oleh warga sekitar.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surakarta Kristiana Hariyanti mengatakan, kejadian tersebut diduga berasal dari gas metan. Gas ini terkena hawa panas saat musim kemarau yang menimbulkan percikan api sehingga membakar sampah.
Menurut Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Surakarta Sutarjo, pihaknya menerima laporan dari anggota terkait kebakaran pada pukul 13.08 WIB. “Ini kami baru meluncur ke sana. Kalau lihat gambarnya ya asapnya banyak,” kata Sutarjo dikutip dari Antara.
Pihaknya mengerahkan 15 unit mobil damkar Solo. “Kami mengantisipasi agar kobaran api tidak meluas,” ucapnya.
PENGELOLAAN SAMPAH SOLO (ANTARA FOTO/Maulana Surya/YU)
Berdiri sejak 1985
TPA Putri Cempo berlokasi di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Jawa Tengah. Menurut laman resmi Kota Surakarta, TPA ini sudah beroperasi selama 38 tahun atau sejak 1985 silam.
Setiap harinya, terdapat 300 ton sampah yang dibuang pada TPA Putri Cempo. Berdasarkan informasi pada situs tersebut, Putri Cempo menjadi satu-satunya TPA yang dikelola langsung oleh Pemerintah Kota Surakarta.
TPA ini memiliki luas 17 hektare. Mengutip dari Solopos, sebanyak 2 hektare digunakan sebagai kantor serta tempat peralatan. Kemudian 15 hektare lainnya dimanfaatkan sebagai lahan open dumping atau penumpukan terbuka.
Mengutip detikcom, TPA Putri Cempo ini sudah melebihi kapasitas sejak 2010. Namun, pemerintah kotatidak ada alternatif lain sehingga Putri Cempo tetap digunakan hingga saat ini. Gunungan sampah setingginya hingga 28 meter dari permukaan sungai.
Keberadaan TPA Putri Cempo Bagi Warga Sekitar
Problematika TPA Putri Cempo tak hanya soal kapasitas yang sudah berlebih tapi juga perihal bau tak sedap yang mengganggu bagi warga sekitar. Selain itu, keberadaannya yang dekat dengan warga menjadi salah satu wadah ancaman penyakit serta menjadi penyebab banyaknya lalat yang muncul di permukiman.
TPA Putri Cempo juga menjadi ancaman dari segi air limbahnya. Posisinya yang dekat dengan sungai membuat tempat pembuangan sampah ini berpotensi menutup aliran sungai sehingga diperlukan pengerukan.
Dari pemberitaan berbagai media, Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jateng telah menurunkan sejumlah alat berat untuk mengalihkan jalur sungai supaya tidak terkontaminasi sampah TPA Putri Cempo. Selain menutup aliran, masuknya sampah ke sungai sekitar TPA dikhawatirkan dapat mencemari air.
Meski memiliki beberapa dampak negatif, namun keberadaan TPA Putri Cempo juga dimanfaatkan oleh warga. Salah satunya sebagai tempat menggembala sapi milik masyarakat sekitar. Hewan-hewan ini dibiarkan hidup liar mengais makanan di antara tumpukan sampah Putri Cempo.
Menurut Antara, mengacu pada publikasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret, hewan yang dilepas liar serta memakan sampah TPA Putri Cempo tergolong tidak layak untuk dikonsumsi.
Kompas.com menuliskan, hal ini disebabkan karena daging sapi tersebut mengandung logam berat seperti plumbum (Pb) atau timbal yang membahayakan manusia jika dikonsumsi.
Karena itu, Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian secara rutin melakukan pemeriksaan guna meminimalisir efek samping residu sampah pada hewan ternak. Meskipun pada kenyataannya, hewan ternak yang digembalakan di TPA ini hanya untuk bibit ternak saja, bukan hewan yang dikonsumsi.
Pembangkit listrik tenaga sampah PLTSa Putri Cempo (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.)
Dijadikan Pembangkit Listrik
Kota Surakarta masuk dalam daftar 12 kota yang ditunjuk untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Hal ini berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
Proyek sistem pengelolaan sampah ini ditangani oleh PT Solo Citra Metro Plasma Power (PT SCMPP). Menurut laman resmi Kota Surakarta, pembangunan PLTSa ini dianggap sebagai terobosan Pemerintah Kota Surakarta dalam menangani penumpukan sampah yang jumlahnya mencapai 94,9 juta ton per tahunnya.
Rencananya dalam satu hari PLTSa ini akan mengolah sebanyak 545 ton sampah. Melansir Kompas.com, sampah yang diolah pada PLTSa ini terdiri atas 350 ton sampah baru dan 195 ton dari sampah lama.
Dari pengelolaan 545 ton ini akan menghasilkan listrik sebesar 5 megawatt. Menurut lama resmi Kementerian PUPR, listrik dari PLTSa ini akan dijual dengan harga 13,35 cents/kWH kepada PLN.
PLTSa Putri Cempo ini akan menjadi pemasok listrik ke sistem Gardu Induk Palur yang kemudian diatur pembagiannya oleh Unit Pelaksana Pengatur Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Namun hingga saat ini, PLTSa Putri Cempo ini belum beroperasi.
Terbakar 2 Hektare
Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana pada hari Minggu lalu telah meninjau upaya pemadaman kebakaran yang terjadi di TPA Putri Cempo di Kota Solo. “Yang terbakar hampir dua hektare,” katanya dikutip dari Antara.
Nana juga berkata, sebanyak 350 personel gabungan yang terdiri atas BPBD, Satpol PP pemkot dan provinsi serta TNI-Polri dikerahkan untuk mengamankan kebakaran tersebut “Harapannya bantuan water bombing dalam waktu dekat akan dikirim,” ucap Nana.
Ditengah kunjungannya, Nana mengatakan posisi TPA yang dibuat per blok membuat mengecilnya kemungkinan rambatan ke area lain. Pemerintah Kota Surakarta telah mengantisipasi kemungkinan dampak kebakaran sampah di TPA Putri Cempo pada kesehatan warga sekitarnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta Kristiana Hariyanti berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk menyediakan dua ambulans sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi warga di sekitar tempat penampungan sampah.
“Dinas Kesehatan juga menyiapkan masker dan oksigen untuk masyarakat sekitar. Selain itu, yang diperlukan pemeriksaan dini kalau ada keluhan,” katanya.