Kehadiran ChatGPT menunjukkan bahwa teknologi artificial intelligence (AI) sudah sangat maju. Namun miliarder Elon Musk justru menyebutnya sebagai risiko terbesar untuk masa depan.
Hal tersebut ia sampaikan saat membahas perkembangan ChatGPT. Musk adalah salah satu pendiri OpenAI, startup asal Amerika Serikat (AS) yang mengembangkan ChatGPT.
“Salah satu risiko terbesar bagi masa depan peradaban adalah AI,” kata Musk kepada peserta World Government Summit di Dubai, Uni Emirat Arab, dikutip dari CNBC International, Kamis (16/2).
Dia mengatakan bahwa teknologi AI memiliki efek positif dan negatif, tetapi memiliki janji dan kemampuan yang besar. Tapi, dia menegaskan bahwa “dengan itu datanglah bahaya besar.”
Elon Musk, yang saat ini menjadi CEO Tesla, SpaceX, dan Twitter, membagikan pandangannya tentang bagaimana dia melihat perkembangan teknologi 10 tahun dari sekarang.
ChatGPT adalah bentuk lanjutan dari AI yang ditenagai oleh model bahasa besar yang disebut GPT-3. Itu diprogram untuk memahami bahasa manusia dan menghasilkan respons berdasarkan kumpulan data besar. ChatGPT “telah mengilustrasikan kepada orang-orang betapa kuatnya AI,” kata Musk.
Menurutnya, AI sudah lama berkembang. “Itu hanya tidak memiliki antarmuka pengguna yang dapat diakses kebanyakan orang,” katanya.
Dia mengatakan bahwa mobil, pesawat terbang, dan obat-obatan harus memenuhi standar keamanan peraturan. Sedangkan AI belum memiliki aturan atau regulasi untuk mengontrol perkembangannya. Terus terang, saya pikir kita perlu mengatur keamanan AI, kata Musk.
Menurutnya, AI menimbulkan risiko yang lebih besar bagi masyarakat daripada mobil atau pesawat atau obat-obatan. Regulasi “mungkin sedikit memperlambat AI, tapi saya pikir itu mungkin hal yang baik juga,” katanya.
Pada Maret 2018, Elon Musk memperingatkan tentang bahaya pengembangan AI tanpa batas. Dia mengatakan kecerdasan buatan “jauh lebih berbahaya” daripada hulu ledak nuklir.
Ungkapannya kala itu kini semakin terasa dengan hadirnya ChatGPT yang mengancam pasar dengan tulisan yang lebih maju dan mirip manusia. Musk meninggalkan dewan OpenAI pada 2018 dan tidak lagi memegang saham di perusahaan tersebut.
Dia mencatat bahwa awalnya OpenAI dibuat sebagai sumber terbuka nirlaba, sekarang menjadi sumber tertutup dan untuk keuntungan. Musk menyebut alasan pendirian OpenAI karena Google dinilai kurang memperhatikan keamanan AI.
“Saya tidak memiliki saham terbuka di OpenAI, saya bukan anggota dewan, saya juga tidak mengendalikannya dengan cara apa pun,” katanya.
ChatGPT telah menyebabkan pertempuran sengit antara Google ketika raksasa pencarian internet muncul dengan Bard dan Microsoft telah berinvestasi di OpenAI dan mengintegrasikan perangkat lunaknya ke dalam browser web Bing.