Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi saat ini, penggunaan internet sudah menjadi kebutuhan bagi banyak orang. Oleh karena itu, penting bagi pengguna internet untuk memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang kemampuan literasi digital.
Pusat Komunitas Digital UGM bekerja sama dengan Databoks membedah laporan survei tingkat literasi digital di Indonesia tahun 2022 melalui Databoks Goes to Campus, Difussion #88: “Membedah Kesenjangan Literasi Digital di Indonesia”.
Dalam acara yang dimoderatori oleh Peneliti CfDS Amelinda Pandu, Peneliti Katadata Insight Center (KIC) Maulana Akbar mempresentasikan temuan yang dirangkum dalam Status Literasi Digital Indonesia 2022.
KIC bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melakukan survei tahunan untuk mengukur tingkat literasi digital masyarakat Indonesia. Terkait kerangka status literasi digital, KIC secara rutin menyusun Pilar Indeks Literasi Digital berdasarkan keterampilan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital.
Kegiatan survei ini dilatarbelakangi oleh status literasi digital di Indonesia dan kebijakan berbasis bukti di bidang pengembangan literasi digital.
Secara umum, indeks literasi digital nasional Indonesia meningkat sebesar 0,05%. Indeks keterampilan digital, etika digital, dan keamanan digital telah meningkat. Namun, indeks budaya digital mengalami sedikit kemunduran.
Provinsi di Jawa dan Kalimantan mendominasi 10 besar skor indeks literasi digital di Indonesia, dengan Yogyakarta menjadi provinsi dengan skor tertinggi. Sebenarnya patut dibanggakan, indeks literasi digital antar daerah di Indonesia cenderung berimbang.
Untuk kategori mata pelajaran, KIC mengklaim bahwa indeks literasi digital laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Selain itu, indeks literasi digital kelompok masyarakat di sektor pemerintahan dan pendidikan lebih tinggi dibandingkan segmen masyarakat lainnya.
Maulana mengatakan, terkait perilaku penggunaan platform digital, KIC menemukan adanya penurunan intensitas penggunaan internet di Indonesia. Namun, pola jam penggunaan internet tetap sama.
Gen Z dan Gen Y merupakan pengguna internet dengan durasi terlama dimana mereka mengakses internet lebih dari 6 jam sehari.
Mengenai motivasi di balik tingginya intensitas penggunaan internet, KIC mengungkapkan mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk bersosialisasi, menghibur, bekerja, dan mengakses layanan publik. Sedangkan terkait pilihan media sosial, TikTok mencatatkan jumlah pengguna terbanyak di Indonesia.
Meski sudah memiliki ‘jam terbang’ tinggi dalam menggunakan internet, 60% responden survei KIC masih kerap mendengar informasi bohong tentang isu-isu sosial. Responden juga paling percaya pada penipuan pada isu-isu politik.
Maulana mengatakan, meski kemampuan literasi digital masyarakat Indonesia sudah maju, masih ada bahaya yang mengintai. “Perlindungan data pribadi masih menjadi masalah serius, terutama terkait dengan bocornya data pribadi di media sosial,” ujarnya.
Namun, KIC mengamati bahwa kemampuan pencegahan yang paling umum bagi orang Indonesia untuk melindungi data pribadi mereka adalah dengan menggunakan kata sandi yang berbeda untuk setiap akun.
Acara ini dapat ditonton ulang melalui tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=ok9f3X-BtgU.