YouTube dan TikTok sama-sama menyajikan konten video. YouTube berfokus menyajikan multipel platform guna memudahkan kreator konten dan pengiklan membuat video, dan menyesuaikannya dengan preferensi pengguna.
Multipel platform yang dimaksud yakni:
Long form atau video dengan durasi panjangShort form alias video berdurasi pendekLive form atau siaran lansung
Regional Director YouTube Asia-Pacific Ajay Vidyasagar menyampaikan, topik populer di YouTube beragam, mulai dari musik Korea atau Kpop, pertandingan olahraga atau konser musik.
“Kami memiliki keberagaman dan kedalaman konten,” kata Ajay dalam Press Briefing untuk acara Southeast Asia YouTube Works Awards: The Finale 2023 di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (12/10).
Banyaknya penonton tergantung pada kemampuan kreator konten memahami pengguna dan membangun story telling. “Kami membantu story teller meraih pengguna atau fan melalui multipel platform,” Ajay menambahkan.
Selain itu, menggunakan teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) dan mesin pembelajar alias machine learning untuk mempelajari preferensi pengguna.
Kreator YouTube Nessie Judge menyampaikan bahwa multipel platform memudahkannya dirinya membuat konten. “Aku bisa memindahkan video di long form ke short form,” katanya.
“Kalau pengguna mau melihat video versi lengkap, bisa ke long form,” Nessie menambahkan.
Bagi pengiklan, multipel platform di YouTube juga memudahkan merek atau brand membuat iklan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. “Ini membantu gen Z memilih konten,” ujar CoFounder AmbilHati Sandru Emil.
“Ada tiga elemen yang membantu kami menyesuaikan keinginan brand yakni big idea, insights atau data tentang konsumen, dan platform,” Sandru menambahkan.
Dengan strategi tersebut, YouTube menyampaikan bahwa perusahaan bisa menggaet lebih banyak gen Z di Indonesia. Berdasarkan penelitian Kantar pada September 2023 misalnya, YouTube menjadi layanan video yang paling disukai oleh gen Z atau usia 18 – 24 tahun di Tanah Air.
Kantar melakukan riset terhadap sekotar 3.000 responden berusia 18 tahun ke atas di 39 negara. Survei dilakukan secara online selama 15 menit.
Rincian hasil penelitian Kantar di antaranya:
Gen Z di Indonesia setuju bahwa YouTube memungkinkan mereka mengakses beragam jenis kontenPenonton gen Z lebih sering menonton YouTube ketimbang platform lainGen Z paling tertarik menggunakan layanan video yang dapat dibuka di berbagai perangkat secara lancar (62%), memungkinkan mereka memilih tontonan dengan mudah (57%), dan memberikan rekomendasi yang bagus (56%)94% responden setuju YouTube memiliki konten yang relevan93% responden setuju bahwa YouTube memiliki konten yang memungkinkan mereka mendalami topik yang diminati95% responden setuju bahwa YouTube memiliki konten yang beragam89% responden setuju bahwa YouTube memiliki konten unik yang tidak dapat mereka temukan di tempat lain
Berdasarkan survei Ipsos, YouTube menjadi salah satu pilihan teratas gen Z dan milenial dalam mencari konten. Penelitian dilakukan pada Agustus dengan survei secara online terhadap 600 responden berusia 18 – 24 tahun.
Rincian hasil survei Ipsos terhadap responden berusia 18 – 44 tahun sebagai berikut:
61% responden setuju bahwa YouTube lebih efektif dari sisi waktu daripada platform video lain69% responden memilih YouTube jika hanya boleh menggunakan satu aplikasi streaming video95% pernah menonton konten dari kreator dalam berbagai format selama 12 bulan terakhir 90% pernah menonton setidaknya empat format konten yang ditawarkan YouTube selama 12 bulan terakhir
Sedangkan hasil survei Ipsos terhadap responden berusia 18 – 24 tahun di antaranya:
52% responden Gen Z mereka merasa lebih dekat dengan kreator dan artis yang mereka tonton di YouTube daripada di platform lain62% responden menggunakan YouTube karena membantu mereka merasa lebih terhubung dengan orang lain.95% responden menonton video yang membantu mereka belajar melakukan sesuatu satu kali atau lebih per bulan
“Sebanyak 90% dari gen Z atau responden berusia 18 – 24 tahun menggunakan YouTube Shorts,” demikian isi laporan Ipsos.